Home / Ekonomi / Komoditi / Kencana Agri tambah satu pabrik pengolahan CPO

Kencana Agri tambah satu pabrik pengolahan CPO

Kencana Agri Ltd. (Kencana Agri Grup) akan membangun satu pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) di Luwuk, Sulawesi Tengah pada semester II tahun ini. Rencananya, pabrik tersebut berkapasitas antara 30 ton hingga 45 ton tandan buah segar (TBS) per jam.

“Untuk kapasitas awal, kami bangun 30 ton dulu. Nanti bisa dikembangkan hingga 60 ton per jam. Pembangunan awal tidak mungkin langsung berkapasitas besar, karena kami juga masih melihat seberapa besar potensi produksi sawit di Sulteng,” terang Kent Surya, Direktur Keuangan Kencana Agri Grup, di Tempilang, Kabupaten Bangka Barat beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, saat ini, Kencana Agri Grup telah memiliki dan mengoperasikan 5 unit pabrik PKS, berlokasi di sekitar kebun sawit perusahaan, yaitu di sekitar Bangka, Kutai, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

“Pabrik PKS yang di Sulteng tersebut akan beroperasi sekitar akhir 2018. Total PKS kami nanti menjadi 6 unit,” katanya.

Saat ini, Kencana Agri memiliki lima pabrik PKS dengan kapasitas total 225 ton TBS per jam.
Untuk membangun pabriknya yang keenam ini, Kencana Agri menggelontorkan investasi awal sekitar Rp 75 miliar Rp 112,5 miliar. Untuk kapasitas satu ton per jam, investasinya sekitar Rp 2,5 miliar, ujar Kent.

Ia mengatakan, pendanaan untuk pembangunan pabrik baru tersebut akan didapatkan dari dana internal perusahaan dan pinjaman perbankan. “Porsinya 35% dipenuhi dari internal dan 65% dari perbankan,” tutur Kent.

Kencana Agri saat ini memiliki total luas kebun sawit sekitar 155.000 hektare (ha). Sekitar 55.000 ha sudah tertanam. Dan sisanya, kebun di Sulawesi Tengah dan Gorontalo masih belum ditanami. Selain itu, Kencana Agri juga memiliki sekitar 11.000 ha kebun plasma.

Pada 2014, produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/ CPO) Kencana Agri mencapai 140.000 ton dan pada 2015 hanya sebesar 130.000 ton. Mayoritas produksi CPO tersebut digunakan untuk memenuhi pasar domestik.

“Produksi tahun 2016 lalu turun karena adanya efek El Nino 2015 dan La Nina. Tapi kami yakin volume produksi tahun ini bisa tumbuh sekitar 15% -20% dari tahun lalu karena kondisi cuaca yang mudah-mudahan mendukung,” ungkap Kent.

 

Sumber :Kontan

About Trend Indonesia