Home / Ekonomi / Keuangan / Mengenal Indeks NASDAQ 100

Mengenal Indeks NASDAQ 100

Indeks NASDAQ 100 adalah salah satu indeks harga saham Amerika Serikat yang banyak diperdagangkan secara CFD disamping indeks Dow Jones 30 dan indeks S&P 500. Mungkin di Indonesia belum populer meski sudah banyak broker forex yang menawarkan instrumen ini. Indeks ini juga dinamakan USA100, US Tech 100 atau NAS100 dan diperdagangkan berdasarkan indeks NASDAQ 100 Futures. Perhitungannya berdasarkan minimum tick (biasanya 0.25).

Indeks NASDAQ 100 terdiri dari 100 saham perusahaan besar non financial yang terdaftar di bursa NASDAQ, sedang bursa NASDAQ adalah bursa saham terbesar kedua dunia berdasarkan kapitalisasi-nya setelah bursa saham New York atau New York Stock Exchange (NYSE). Keduanya berlokasi di Amerika Serikat. NASDAQ singkatan dari National Association of Securities Dealers Automated Quotations yang didirikan pada tahun 1971 dan merupakan bursa saham pertama yang beroperasi secara elektronik.

Bursa NASDAQ terdiri lebih dari 3000 saham dan sebagian besar terdiri dari saham-saham yang berbasis teknologi, sehingga isu-isu yang menyangkut sektor ini akan sangat mempengaruhi indeks gabungan NASDAQ. Indeks NASDAQ 100 terdiri dari 100 perusahaan besar yang paling mempengaruhi indeks gabungan NASDAQ, dan sebagian besar adalah saham-saham perusahaan yang berbasis teknologi.

Beberapa perusahaan besar yang termasuk dalam indeks NASDAQ 100 adalah Apple Inc.(AAPL), Adobe Systems Inc.(ADBE), Analog Devices Inc.(ADI), Automatic Data Processing Inc.(ADP), Amazon.com Inc.(AMZN), Cisco Systems Inc.(CSCO), eBay Inc. (EBAY), Facebook (FB), Google Class A (GOOGL), Intel Corp. (INTC), Mattel Inc.(MAT), Microsoft Corp.(MSFT), StarbucksĀ  Corp.(SBUX), SanDisk Corp.(SNDK), Symantec Corp.(SYMC), Tesla Motors Inc.(TSLA), Vodafone Group PLC (VOD), Vertex Pharmaceuticals Inc.(VRTX), Yahoo Inc.(YHOO).

Indeks NASDAQ 100 mulai diperdagangkan pada 31 Januari 1985 dengan harga dasar 250. Dalam perkembangannya, harga indeks ini terus naik hingga ke level tertinggi diatas 4700 ketika terjadi dot-com bubble pada tahun 2000. Setelah itu harga indeks terus turun seiring dengan resesi dan peristiwa 11 September 2001 yang menyebabkan angka indeks berada dibawah level 900 pada tahun 2002.

Setelah mengalami recovery selama 5 tahun, pada 31 Oktober 2007 harga indeks kembali ke angka diatas 2200, dan ketika terjadi resesi keuangan global tahun 2008, indeks NASDAQ 100 sempat ditutup pada angka 1018 pada 20 Nopember 2008. Optimisme akan berakhirnya krisis dan quantitative easing yang dilakukan The Fed membuat indeks kembali melambung ke angka diatas 3000 pada 15 Mei 2013, dan pada 3 Juli 2014 lalu harga ditutup pada level 3923.

About Trend Indonesia